
Salah satu bukti keberhasilan pembangunan nasional utamanya di bidang kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup yang mana ditandai dengan meningkatnya pula penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun.
Dengan adanya peningkatan penduduk lanjut usia tersebut, oleh Kementerian Sosial RI melalui Unit Pelayanan Teknis (UPT) Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Gau Mabaji Gowa melaksanakan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial lanjut usia. yang salah satu program kegiatannya adalah Pusat Penanganan Trauma Lanjut Usia (PPTLU).
Pusat Penanganan Trauma Lanjut Usia (PPTLU) merupakan model yang dikembangkan dalam sistem pelayanan sosial lanjut usia , khususnya bagi lanjut usia dalam keadaan darurat seperti korban tindak kekerasan atau perlakuan salah, korban bencana, terlantar dan bermasalah dengan hukum serta masalah lainnya. Model ini dilaksanakan secara terpadu dan konfrehensif dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan lanjut usia.
PPTLU ini merupakan tahun ke empat program penanganan trauma lanjut usia yang setiap tahunnya membutuhkan pembenahan untuk mencapai pelayanan yang maksimal. Penanganan terhadap lanjut usia bukan untuk mencegah proses penuaan, tetapi mengarahkan agar lanjut usia dapat menikmati masa tua dengan kualitas sesuai kondisi usianya. Pola penanganan yang diberikan harus dari berbagai aspek yang terkait dengan lanjut usia, seperti fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
Aspek fisik yang ditandai dengan melemahnya fungsi otak dan sistem saraf, panca indera (melihat, mendengar, merasa, mencium, mengecap), sistem peredaran darah, sistem pernapasan, dan seksualitas. Masalah kesehatan utama pada masa lanjut usia ialah munculnya penyakit degeneratif (penyakit yang diakibatkan oleh proses penuaan) yang dicirikan oleh gejala yang perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat terlihat dari kemandirian lanjut usia tersebut dalam kegiatan kehidupan sehari-harinya. Selanjutnya perubahan sistem organ tubuh secara fisik maupun fungsional, lanjut usia menjadi rentan terhadap kekurangan gizi dibandingkan kelompok usia lebih muda, disebabkan oleh gangguan sistem pencernaan termasuk pengunyahan serta gangguan kejiwaan seperti depresi sehingga lanjut usia enggan makan.
Aspek psikologis dapat dilihat dari adanya: perasaan sedih atau gembira (tanpa sebab yang jelas), perasaan tertekan, perasaan takut, perasaan cemas, perasaan curiga, keinginan melakukan kegiatan (motivasi) yang menurun (apatis), kepribadian, rasa percaya diri yang menurun.
Aspek sosial adalah kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan, mengikuti pertemuan, rekreasi, dan sebagainya. Selain itu, aspek lokasi, lingkungan, budaya, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga perlu diperhatikan dalam memahami lanjut usia.
Aspek spiritual berkaitan dengan penyerahan diri lanjut usia terhadap Sang Pencipta, lanjut usia dianggap telah memiliki kematangan diri sehubungan dengan keberadaannya terhadap lingkungan sekitarnya.
Target calon klien untuk tahun 2013 sebanyak 20 orang dan dalam hal ini diutamakan klien yang mengalami tindak kekerasan baik secara fisik maupun psikis, sementara jangkauan pelayanan yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.