syamsuddingido menulis "Sub Direktorat Pelayanan sosial Lanjut usia dalam dan luar panti, melaksanakan sebuah kegiatan “Deseminasi Manajemen Kasus”. Kegiatan ini berlangsung selama 4 hari dari tanggal 27 sampai 30 September 2011, bertempat di hotel Majapahit Surabaya, hotel ini merupakan hotel bersejarah dan hotel perjuangan. Hotel peninggalan Belanda yang dulu bernama hotel orange atau hotel Yamato. Mungkin masih ingat peristiw 10 Nopember 1945 dimana arek-arek suroboyo menurunkan bendera Merah putih biru dan merobek warna birunya sehingga berkibarlah sang merah putih di Udara.
Kegiatan ini dipandu oleh tiga orang nara sumber dari STKS Bandung, yakni ; Prof. Adi Fahrudin sebagai pakar mengenai lanjut Usia, Dayne Trikora dan Dr. Tukino. Diikuti oleh peserta yang berasal dari seluruh Indonesia , berikut beberapa catatan penting dari kegiatan tersebut.
Manejemen Kasus sebagai Manajemen Pelayanan
Kegiatan ini dimulai dengan sejarah manejemen kasus oleh Prof. Adi. Manajemen kasus awalnya berasal dari United Kingdom dengan istilah Care Mangement, kemudian berkembang di United State dengan Istilah yang berbeda yang lebih dikenal dengan case management. Penggunaan istilah ini menurut prof. adi Fahrudin , terkait dengan kultur. Orang Amerika dianggap lebih lugas dan apa adanya, sementara orang inggris lebih memperhatikan etika sehingga care management dianggap lebih santun. Sementara, Case management bagi orang Amerika dianggap lebih menunjukkan potensi dari seseorang.
Sementara di Indonesia berkembang istilah manamen kasus yang sangat dipengaruhi oleh buku-buku atau referensi yang berasal dari US. “Hanya saja yang perlu diluruskan bahwa manajemen kasus bukan berarti memenej kasus-kasus, tetapi bagaimana mengelolah pelayanan agar kebutuhan klien yang sifatnya kompleks dapat dipenuhi” ungkap prof Adi.
Manejer Kasus bukanlah sebuah jabatan, tetapi lebih sebagai pendekatan atau metode atau peran. Sebagai peran, ini bisa dijalankan baik oleh pekerja sosial maupun oleh seksi pelayanan dan rehabilitasi sosial. Perlu diingat bahwa manjemen kasus berbeda dengan manjemen panti. Manajemen kasus adalah bagian dari case work yang sifatnya individual, artinya bagaimana mengelolah sebuah pelayanan agar si “A” sebagai individu dengan kebutuhan kompleks terjamin pemenuhan kebutuhannya. Sementara manjemen panti tentu saja bicara tentang pengelolaan panti sebagai sebuah organisasi secara keseluruhan.
Jadi dapat dibedakan manejemen panti sebagi pengelolaan organisasi secara keseluruhan, sementara manajemen kasus sebagai upaya mengorganisir pelayanan dan sumber agar kebutuhan seorang klien (individual) dapat terpenuhi.
Tidak ada Istilah tidak ada dana
Pelayanan dan jaminan akan terpenuhinya kebutuhan klien yang sifatnya kompleks tidak selalu harus tergantung pada anggaran yang dimiliki oleh sebuah panti. Ketika ada lansia yang memiliki kebutuhan yang sifatnya kompleks misalnya : memiliki penyakit yang parah, selain itu juga membutuhkan bantuan hukum terakit soal warisan, juga mengalami gangguan psikologis yang membutuhkan layanan psikiater atau psikolog, maka sumber-sumber yang ada diluar panti dapat dijadikan sebagai rujukan untuk klien, dan tidak harus selalu bergantung pada budget yang ada di panti..
Metode manajemen kasus dapat dijadikan sebagai pendekatan dalam memenuhi kebutuhan lansia tersebut. Keterampilan yang dibutuhkan tentu saja adalah kemampuan menjangkau,berkomunikasi, mengadvoksi, membangun trust serta mengelolah segala sistem sumber yang bertebaran di masyarakat.
Tidak ada istilah Gengsi
Salah satu hal yang menarik yang terungkap dalam ini, bahwa tidak ada istilah gengsi atau tabuh jika panti milik pemerintah mengajukan permintaan bantuan kepada dunia usaha atau masyarakat dalam rangka pelayanan kepada klien. Karena itulah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh pimpinan panti menurut Prof. Adi Fahrudin adalah kemampuan fund rising atau kemampuan untuk mengakses dana-dana sosial yang ada.
Koordinasi merupakan hal yang sangt krusial dalam manajemen kasus, karena itulah seorang manejer harus mengasah kemampuannya atau keterampilannya dalam berkoordinasi, dan bukan sekedar pemahaman konsep.
"